Awas, Dokter Ingatkan Bahaya Penggunaan Antibiotik yang Tidak Tepat

Awas, Dokter Ingatkan Bahaya Penggunaan Antibiotik yang Tidak Tepat

Masih banyak orang yang meyakini minum antibiotik bisa mempercepat penyembuhan penyakit. Padahal, penggunaan antibiotik yang tidak tepat bisa sangat berbahaya bahkan mengancam nyawa.

Baru-baru ini viral di media sosial mengenai hasil cek laboratorium seorang pasien yang resisten terhadap berbagai jenis antibiotik.

Pasien tersebut diketahui terpapar bakteri yang membuatnya sakit, namun tak ada antibiotik yang bisa digunakan karena tubuhnya telah resisten terhadap berbagai jenis antibiotik.

Ya, resistensi antibiotik merupakan salah satu bahaya yang dipicu oleh penggunaan antibiotik yang tidak tepat.

Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Zulies Ikawati mengatakan masalah resistensi antibiotik telah dialami oleh banyak orang. Bukan hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia.

“Resistensi antibiotik merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia,” kata Zulies saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (25/9).

Resistensi antibiotik memang tidak memiliki gejala. Dampaknya baru akan terasa ketika seseorang terinfeksi bakteri, namun tidak kunjung membaik meskipun telah mengonsumsi berbagai jenis antibiotik.

Pasien yang mengalami resistensi antibiotik, kata dia, saat terserang infeksi bakteri, maka pengobatannya akan lebih sulit.

“Pengobatannya susah dan lebih mahal karena antibiotik biasa sudah tidak mempan,” kata dia.

Zulies mengatakan, resistensi antibiotik berkembang secara alami, terjadi karena ada mutasi yang terjadi secara perlahan dan acak.

Hal ini dipicu karena pemakaian antibiotik yang tidak tepat atau tak pernah menghabiskan antibiotik yang diberikan tenaga medis.

Penggunaan antibiotik yang tepat

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat bisa membuat bakteri resisten terhadap obat ini. Penggunaan tidak tepat misalnya mengonsumsi antibiotik berlebihan hingga putus atau tidak habis.

Karena itu, penting memakai antibiotik dengan tepat dengan cara-cara berikut ini:

1. Hati-hati beri resep

Dokter sebaiknya lebih berhati-hati dalam meresepkan antibiotik. Jangan terlalu mudah meresepkan antibiotik untuk penyakit yang disebabkan oleh virus.

2. Hati-hati menjual atau memberikan obat

Para apoteker juga harus berhati-hati ketika menjual atau memberikan obat antibiotik. Jangan sembarang menjual, beri edukasi secukupnya mengenai cara menggunakan obat yang tepat kepada pasien.

3. Jangan sembarangan beli obat

Masyarakat atau pasien sebaiknya tidak mudah mengobati diri sendiri dengan antibiotik. Jangan membeli atau mengonsumsi antibiotik tanpa resep dokter hanya karena berpikir penyakit yang diderita sama dengan sebelumnya.

4. Perkuat komunikasi pasien, apoteker, dan dokter

Dokter dan apoteker sebagai sesama tenaga kesehatan perlu meningkatkan komunikasi yang lebih efektif terkait penggunaan antibiotik ini.

Apoteker harus memahami mengenai antibiotik dan indikasinya, sementara dokter harus terbuka mengingatkan resep yang diberikan tak boleh digunakan sembarangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *